DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………...….….. i
Daftar isi……………………………………………………………...……... ii
|
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………..
1.3 Tujuan ………………………………………………………………..
1.4 Manfaat ……………………………………………………………..
II KAJIAN TEORI
2.1 Prestasi Belajar ……………………………………………………….
2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar …………………………………….
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar …………..
2.2 Metode Demonstrasi …………………………………………………
2.2.1 Pengertian Metode Demonstrasi ………………………………..
2.2.2 Aspek Yang Penting Dalam Menggunakan Metode Demonstrasi
2.2.3 Kelebihan Metode Demonstran ………………………………
2.2.4 Kekurangan Metode Demonstran ………………………………
2.2.5 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan
Metode Demonstrasi ………………………………………………….
2.3 Peran Metode Demonstrasi Dalam Peningkatan Prestasi Belajar ..........
III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ……………………………….………………
3.2 Subjek dan Objek Penelitian ………………………………………
3.3 Operasional Tindakan ………………………………………………
|
3.4.1 Perencanaan …………………………………………………
3.4.2 Pelaksanaan Tindakan ………………………………………
3.4.3 Observasi ……………………………………………………
3.4.4 Refleksi ………………………………………………………
3.5 Metode Pengumpulan Data …………………………………………
3.5.1 Metode Angket ………………………………………………
3.5.2 Metode Observasi………………………………………………
3.5.3 Metode Dokumendasi …………………………………………
Daftas Pustaka……………………………………………………………….. iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi pernannya di masa yang akan datang. Pendidikan mempunyai posisi strategis dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia . Posisi yang strategis tersebut dapat tercapai apabila pendidikan yang dilaksanakan mempunyai kualitas.
Kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu : kualitas proses dan produk (Sudjana, 2000:35). Suatu pendidikan dikatakan berkualitas proses apabila proses belajar mengajar (PBM) dapat berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Pendidikan disebut berkualitas produk apabila peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan pendidikan. Hal ini dilihat pada hasil belajar yang dinyatakan dalam proses akademik Kemampuan guru dalam mengajar banyak berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, artinya keterlibatan guru secara langsung dalam proses belajar mengajar sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan. Dalam menyajikan materi pelajaran dapat digunakan pendekatan dan metode yang dapat memudahkan siswa dalam belajar.
Salah satu contoh dalam menyajikan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat digunakan metode demonstrasi. Seorang guru diharapkan dapat menyajikan meteri dengan menggunakan metode demonstrasi yang dapat membantu proses belajar mengajar di kelas agar penyampaian materi lebih mudah diserap oleh siswa. Namun, tidak banyak guru yang menggunakan dan memanfaatkan metode tersebut. Akibatnya para siswa merasa sulit dan memerlukan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran yang diajarkan.
Atas dasar hal tersebut dimungkinkan karena kurang termotivasinya siswa yang disebabkan guru tidak menggunakan metode yang kurang menarik perhatian siswa dalam menyampaikan materi pelajarannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan peneli tian dengan mencoba menggunakan metode demonstrasi dalam penyampaian materi Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Al Azhar 2 Bandar Lampung kelas IV semester 1 tahun ajaran 2010-2011. Dengan harapan dapat mempermudah komunikasi antara guru dengan siswa dalam proses mengajar, dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SD Al Azhar 2 Bandar Lampung.
Seorang siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dikatakan kurang berhasil apabila perubahan tingkah laku yang terjadi belum mampu menentukan kebijaksanaannya untuk mencapai suatu hasil yang telah ditetapkan secara tepat dalam waktu yang telah ditentukan. Untuk mencapai suatu hasil belajar yang maksimal, banyak aspek yang mempengaruhinya, di antaranya aspek guru, siswa, metode pembelajaran dan lain-lain.
Menurut Mudjino (2002:10) Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses, siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah pelajaran yang mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa, sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat dimengerti. Untuk dapat mengerti Ilmu Pengetahuan Sosial secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan pemahaman konsep dasar yang ada pada pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam memahami tentang pelajaran lmu Pengetahuan sosial sangat ditentukan oleh pemahaman konsep
Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan sosial dalam berbagai bidang kehidupan manusia, maka perlu diperhatikan mutu pengajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang di ajarkan di tiap jenjang dan jenis pendidikan. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan sosial, maka siswa harus menempuh proses belajar mengajar yang baik. Belajar akan lebih berhasil bila telah diketahui tujuan yang ingin dicapai. Salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan ilmu pengetahuan sosial yang baik dan untuk mengatasi berbagai kelemahan dalam proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah suatu upaya atau praktek dengan menggunaka peragaan yang di tujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar supaya semua sisiwa lebih mudah dalam memahami materi pembelaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana penggunaan metode demonstrasi pada materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Al Azhar 2 Bandar Lampung semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 ?
2) Apakah penggunaan metode demonstrasi dalam penyajian atau penyampaian materi pelajaran Ilmu Penetahuan Sosial dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Al Azhar 2 Bandar Lampung semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 ?
1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka peneliti mengambil tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Menemukan metode demonstrasi yang tepat dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Al Azhar 2 Bandar Lampung semester 1 tahun pelajaran 2010/2011.
2) Meningkatkan prestasi prestasi belajar siswa kelas IV SD Al Azhar 2 Bandar Lampung semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 setelah
menggunakan metode demonstrasi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Guru
a. Bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran dapat mempermudah menerangkan materi pelajaran.
b. Dengan menggunakan metode demonstrasi dapat memperbaiki metode belajar mengajar guna meningkatkan prestasi siswa.
1.4.2 Bagi Siswa
a. Dengan metode demonstrasi, siswa dapat secara mudah memahami materi pembelajaran
b. Dengan metode demonstrasi, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
1.4.3 Bagi Sekolah
Dapat memeberikan sumbangsih pemikiran bagi penentu kebijakan atau kepala sekolah agar mensosialisasikan metode pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan dalam upaya peningkatan dan mengoptimalkan prestasi belajar, dan dapat menaikan citra sekolah.
II KAJIAN TEORI
2.1 Prestasi Belajar
2.1.1 Pengertian Prestasi BelajarKemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi BelajarUntuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
a. Kecerdasan atau intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.” Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a)Motivasi instrinsik, Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar
b) Motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
2.2 Metode Demonstrasi
2.2.1 Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. (Muhibbin Syah, 2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. (Syaiful Bahri Djamarah 2000).
Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran geografi, misalnya bagaiamana cara membuat peta menggunakan kompas dan meteran, bagaimana proses kerja pengindraan jauh sehingga menghasilkan data, dan yang lainnya.
2.2.2 Aspek Yang Penting Dalam Menggunakan Metode Demonstrasi
Beberapa asfek yang penting dalam menggunakan metode demonstrasi diantaranya:
1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
3. Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
5. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di demonstrasikan.
Dan adapun sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.
2.2.3 Kelebihan metode demonstrasi
1. Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati.
2. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.
3. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar.
4. Dapat menambah pengalaman anak didik.
5. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan.
6. Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit.
7. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka dalam bidang setudi geografi, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan seperti pembuatan peta menggunakan kompas dan meteran.
Apabila teori pembuatan peta menggunakan kompas dan meteran yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari langkah dari setiap gera-gerik murid tersebut, sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.
2.2.4 Kekurangan Metode Demonstrasi
1. Memerlukan waktu yang cukup banyak
2. Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien.
3. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya.
4. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
5. Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
2.2.5 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah:
1) Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
2) Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah di rencanakan.
3) Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
4) Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
2.4 Peran Metode Demonstrasi Dalam Peningkatan Prestasi Belajar
Penggunaan metode demonstrasi mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena itu dalam merancang proses belajar hendaknya dipilih metode yang benar-benar efektif dan efisien atau merancang metode sendiri sehingga dapat menyampaikan pesan pembelajaran, yang akhirnya terbentuk kompetensi tertentu dari siswa. Metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi mempunyai kemampuan atau potensi mengatasi kekurangan-kekurangan guru, metode demonstrasi mampu menyampaikan meteri secara jelas dan mudah di pahami siswa. Dengan demikian penggunan metode demonstrasi dapat menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan. Dari hal tersebut maka proses belajar akan efektif dan prestasi belajar siswa akan meningkat.
III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan Penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang soial. Untuk menanggapi permasalahan sosial dengan menggunakan refleksi diri dengan menggunakan metode demonstrasi dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi pembelajaran secar profesional.
Berdasarkan masalah yang berkenaan dengan presatasi belajar siswa pada saat ini diperlukan suatu tindakan untuk meningkatkan minat siswa pada saat proses kegiatan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Dari beberapa pengertian yang di kemukakan oleh Ahli tentang apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas.
Menurut Kurt Lawin (1992) dalam buku Suawandi (2008) dalam suatu penelitian tindakan kelas terdiri dari langkah-langkah, setiap langkah-langkah terdiri atas empat tahap yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Untuk lebih jelasnya penulis membuat sekema rangkaian maka akan tergambar sebagai berikut:
Dari sekema rangkaian di atas bahwa rangkaian bentuk penelitia refleksi yang di lakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat di manfaatkan sebagai alat untuk pengembangan sekolah, pengembangan ahli mengajar, dan sebagainya.
Penelitian tindakan kelas mempunyai makna bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang didesain untuk membantu guru mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelasnya, informasi ini bermanfaat untuk mengambil suatu keputusan bijak tentang metode yang tepet digunakan dalam peruses pembelajaran demi peningkatan profesionalisme guru, prestasi siswa, kelas, dan sekolah secara keseluruhan.
Pada tahap penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru untuk beraktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau metode pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan dikelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
Berdsarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu seperti guru dan kepala sekolah dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari praktik sosial atau kependidikan. Pemahaman mengenai praktik tersebut dan situasi kelembagaan tempat praktik dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam pendidikan dan pengajaran, melaksanakan program pelatihan, memberikan pedoman bagi guru, untuk perbaikan suasana sistem keseluruhan sekolah, dan juga memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pendidikan dan pengajaran.
Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara antara lain: melalui peningkatan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran dan non pembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif. Pertama, kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang nyata akan semakin meningkat. Kedua, penyelesaian masalah pendidikan dan pembelajaran melalui sebuah investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
3.2.1 Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD AlAzhar 2 Bandar Lampung pada kelas IV Jumlah siswa 40 orang terdiri dari 24 orang siswa perempuan dan 16 orang siswa laki-laki. Penelitian ini juga melibatkan seorang guru mitra.
3.2.2 Obyek Penelitian
Dari penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : (1) Prestasi belajar, dan (2)
Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Yang meliputi:
Faktor siswa: dalam upaya mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa seperti nilai siswa pada penjelasan materi pelajaran dari guru, siswa bertanya pada guru, siswa dapat menjawab pertnyaan guru, siswa dapat menjawab pertanyaan siswa dalam memahami materi pelajaran.
Faktor guru: persiapan guru dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas, guru dalam menggunakan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar, pengamatan guru pada peningkatan prestasi belajar siswa, penampilan guru dalam kegiatan belajajar mengajar.
3.3 Operasional Tindakan
Prestasi belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari test mengenai jumlah materi pelajaran atau sering disebut dengan daya serap.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa, tercantum dalam criteria prestasi belajar menurut (Ngalim Purwanto, 1986:104) berikut ini:
1) Prestasi belajar sangat baik apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran antara 90-100%
2) Prestasi belajar baik apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran antara 80-90%
3) Prestasi belajar cukup apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran antara 65-79%
4) Prestasi belajar dikatakan kurang apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran antara 55-64%
5) Prestasi belajar dikatakan sangat kurang apabila siswa dapat menguasaimateri pelajaran kurang dari 55%.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Perencanaan
Agar semua kegiatan dalam proses pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan pendidikan, maka harus disesuaikan dengan data hasil studi, dan dilanjutkan dengan penelitian bersama guru dimana bekerja untuk menyusun suatu perencanaan, yang meliputi yaitu:
1. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, antara lain : satuan pelajaran, rencana pelajaran, dan alat peraga.
2. Mempersiapkan lembaran observasi mengajar, untuk mencatat ketika guru menerangkan meteri menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk merekam aktivitas belajar Ilmu pengetahuan Sosial dari siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Mempersiapkan alat peraga yang dipergunakan dalam rangka meningkatkan prestasi siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
4. Mempersiapkan instrument dalam bentuk soal materi yang akan diberikan pada siswa.
5. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir
6. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan
7. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan
8. Selama demonstrasi berlangsung guru harus intropeksi diri apakah:
· Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
· Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
· Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
· Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
3.4.2 Pelaksanaan Tindakan
Hal-hal yang mesti di lakukan dalam pelaksanaan tindakan adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6. Menghindari ketegangan
Tahap pelaksanaan Penelitian ini dilakukan beberapa siklus. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian adalah :
Siklus I
Merencanakan skenario dalam tindakan, kemudian guru memberikan materi pelajaran pada siswa kelas IV SD Al Azhar 2 5 Bandar Lampung semester I menggunakan metode demonstrasi dan diamati oleh peneliti, dan dilakukan pengamatan oleh peneliti tentang pragaan terhadap materi pelajaran pada siswa kelas IV semester I dan kemudian mitra mencatat pelaksanaan dan hasil tindakan dengan menggunakan lembar observasi, setelah itu peneliti melihat hasil pelaksanaan tindakan yang pertama dan menyimpulkan kekurangan yang terjadi. Jika pragaan pada materi kurang tepat maka dirancang dan direncanakan pragaan yang mungkin lebih menarik.
Siklus II
Menyiapkan skenario dalam tindakan, kemudian memilih media yang berdasarkan evaluasi dari siklus pertama yang sesuai dengan materi pada siklus yang ke dua, selanjutnya Guru mengajar materi pada siswa kelas IV semester I dengan pemeragaan dan diamati oleh peneliti berdasarkan evaluasi siklus pertama, dan dilakukan pengamatan oleh mitra tentang proses pembelajaran kemudian mitra mencatat pelaksanaan dan hasil tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat kemudian peneliti melihat hasil pelaksanaan tindakan yang kedua dan menyimpulkan kekurangan yang terjadi dan merencanakan tindakan untuk siklus ketiga dan seterusnya hingga memperoleh hasil yang maksimal dan memperoleh tujuan yang ingin dicapai.
3.4.3 Observasi
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, hal-hal yang terjadi baik kelebihan dan kekurangannya dicatat oleh guru mitra dan guru peneliti, dan juga meminta informasi dari siswa terhadap peristiwa dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan guru dan siswa dari lembaran-lembaran data observasi. Rencana data yang diambil:
a) Guru mengajar: dalam menjelaskan materi pembelajaran, merumuskan materi pelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi, menyimpulkan materi pelajaran.
b) Prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran oleh guru. Aspek yang diamati mitra dan peneliti:
(1) Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran
(2) Perhatian siswa pada penjelasan guru
(3) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
(4) Ketanggapan siswa dalam menjawab pertanyaan
(5) Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan.
c) Kemampuan guru mengajar, yang perlu diperhatikan mitra, meliputi:
(1) Cara atau teknik membuka pelajaran oleh guru
(2) Teknik dalam melakukan apersepsi oleh guru
(3) Penguasaan kelas dan pengelolaan kelas
(4) Proses pembelajaran
(5) Strategi bertanya
(6) Strategi mengajar
(7) Pendekatan
(8) Metode mengajar yang digunakan
(9) Penguasaan bahan atau materi pelajaran
(10) Penggunaan alat peraga sehubungan dengan materi pelajaran yang
disajikan
(11) Teknik dalam mengakhiri pelajaran
3.4.4 Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan mitra, dapat digunakan sebagai dasar interpretasi dan deskripsi tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam kegiatan belajar megajar pada berlangsungnya siklus pertama. Apabila siklus pertama belum menunjukkan kecenderungan meningkat, akan dibuat perencanaan untuk perbaikan-perbaikan pada siklus kedua dan seterusnya, sehingga proses belajar mengajar akan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Kemudian dilanjutkan pada siklus kedua skenarionya sama dengan siklus pertama tetapi ditujukkan untuk melaksanakan perbaikan-perbaikan yang dirasakan tidak berhasil (ada kegagalan) pada siklus pertama, kemudian dilakukan perbaikan dan sebaiknya meminta saran dari guru mitra. Apabila pada siklus 2 ini masih terdapat kegagalan atau ketidakberhasilan proses belajar mengajar, maka akan dilaksanakan siklus ke 3. Pada siklus ini skearionya sama dengan siklus 1 dan 2. Pada siklus ini tujuannya adalah lanjutan perbaikan kegagalan pada siklus kedua.
3.5 Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Metode Angket
Jenis data yang dapat diambil adalah data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari:
a) Hasil belajar siswa
b) Data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
c) Catatan lapangan
3.5.2 Metode Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi langsung yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian sehingga observer berada bersama objek yang diteliti
Observasi membahas tentang data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan, diambil dengan menggunakan lembaran observasi sebagai berikut:
(1) Lembaran observasi prestasi siswa dalam kegiatan test dalam proses belajar mengajar oleh mitra dan peneliti
(2) Lembaran observasi kemampuan guru mengajar oleh mitra
(3) Lembaran observasi terstruktur keterlibatan (pengalaman belajar siswa) oleh mitra dan peneliti
3.5.3 Metode dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara untuk memperoleh data dalam rangka menganalisa masalah yang akan diteliti. Penulis memerlukan sebagai keterangan atau informasi dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Teknik yang digunakan oleh peneliti dengan tujuan untuk mencari data berupa catatan, agenda yang berasal dari guru dan data-data tentang sekolah. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang tidak dapat diperoleh melalui evaluasi dan observasi. Sumber data yang dimaksud antara lain : buku-buku kajian, hasil-hasil penelitian yang relevan serta arsip-arsip yang berhubungan dengan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Sri. 1987. Strategi Belajar Mengajar. Karunika. Jakarta
Dapdikbud. 1997. Perangkat Pembelajaran. Dikdasmen. Jakarta
Djahri, Kosasih. 1996. Metoda dan Media Penyajian Materi. Liberty. Jakarta
Purwanto, Ngalim. 2986. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Karya. Bandung
P.Hisnu Tantya.2008 Ilmu Penngetahuan Sosial Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung
Syarif, Ismet. 1984. Administrasi Sekolah. Depdikbud. Jakarta